Belajar Toleransi dari Desa Kecil yang Terabaikan dalam Peta

DSC00989

Desa ini memang kecil, tak terlihat di dalam peta nasional maupun Goggle Map. Akan tetapi banyak kebanggaan yang mampu melampaui keberadaannya. Belum lama tinggal di desa Kayang, saya sudah mendapatkan kesan yang luar biasa positif. Saya dan teman saya diundang oleh Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Mesjid Mujahidin Marica untuk menghadiri kegiatan Halal Bihalal Idul Adha 1434 Hijriah pada Senin, 14 Oktober 2013.

Saya menjumpai beberapa teman non-muslim dari pegawai kecamatan yang juga hadir pada acara tersebut. Pertama-tama, saya pikir hal ini merupakan hal yang biasa. Akan tetapi, tepat saat bapak camat mebuka acara, saya mulai menyadari makna luar biasa dari kegiatan ini. Kegiatan halal bihalal ini diadakan diluar masjid, tepatnya dibawah kumpulan pohon asam di samping kanan masjid. Dalam hati, saya berasumsi bahwa kegiatan ini memang secara sengaja dilaksanakan di luar mesjid sehingga kami yang non-muslim, walau berjumlah kurang dari sepuluh orang, bisa turut menghadiri kegiatan tersebut. Sebuah kerendahan hati yang sangat mendalam dari warga desa Kayang untuk bertoleransi dengan kami para pendatang.

Continue reading

Mereka belajar Bahasa Inggis, saya belajar Toleransi    

DSC06313
Mereka tidak hanya anak didikku, tetapi mereka juga guruku. Mereka belajar bahasa Inggris dariku, saya belajar Toleransi dari mereka.

Hari itu di sekolah proses belajar mengajar tidak berjalan. Siswa-siswi dipulangkan lebih awal untuk mempersiapkan kegiatan perayaan Isra Mir’aj, 27 Rajab 1435 Hijriah. Pagi-pagi sebelum kami pulang, Ustadz Abubakar memimpin rapat dengan teman-teman guru dan siswa-siswi untuk persiapan kegiatan. Rapat memutuskan bahwa tema perayaannya adalah ‘Isra dan Miraj, momen untuk menjalin persaudaraan antar umat’. Tema ini memang melambangkan segalanya. Selain akan mengundang non-muslim, kegiatan ini juga ikut disiapkan oleh siswa-siswi yang beragama Kristen. Secara aktif mereka ikut menyiapkan kegiatan dari penyediaan tempat, konsumsi, sampai menghadiri kegiatan yang dilakukan dibawah pohon asam di samping Masjid Mujahidin Marica.

Hal ini, saling membantu antar umat beragama, memang sudah melupakan hal yang lumrah di Kabupaten Alor pada umumnya. Mereka sangat saling menghargai satu sama yang lainnya, walaupun berbeda dalam keyakinan. Sering masyarakat bercerita, bahwa sering sekali pembangunan tempat ibadah dilakukan secara gotong royong melibatkan umat yang berbeda. Suatu keharmonisan yang tercipta ini bukanlah sembarangan, pasti hal ini sudah secara budaya berakar kuat didalam hati warga masyarakat Alor.

Continue reading